Senin, 13 Mei 2013

MOLA HIDATIDOSA



            a.      Pengertian
            Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang   
            menjadi embrio tetapi menjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik. Uterus     
            melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, 
            kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur (Saifudin, 2002).
           
            Klasifikasi dari mola hidatidosa ada 2 macam :
1)      Mola hidatidosa komplit
Kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik.
2)      Mola hidatidosa parsial
Kehamilan yang berkembang tidak wajar namun kehamilan masih disertai janin atau bagian dari janin.

            b.      Faktor predisposisi
1)      Umur sangat muda dan tua
2)      Gizi kurang, molahidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein
3)      Etnis, lebih banyak ditemukan pada mongoloid dari pada kaukasoid
4)      Genetik, wanita dengan balance translocation mempunyai resiko lebih tinggi

            c.       Diagnosis atau gejala
1)      Anamnesa :
a)      Amenorea
b)      Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna merah tua, atau kecoklatan seperti bumbu rujak
c)      Kadang ada tanda toxemia gravidarum
d)     Keluhan gestosis antara lain hiperemesis gravidarum
e)      Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti
2)      Inspeksi
a)      Muka dan badan kadang-kadang terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face)
b)      Kalau gelembung mola keluar dapat terlihat jelas
3)      Palpasi
a)      Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
b)      Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin
c)      Adanya fenomena harmonica : darah dan gelembung mola keluar, dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
4)      Auskultasi
a)      Tidak terdengar DJJ
b)      Terdengar bising dan bunyi khas
5)      Periksa dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta eveluasi keadaan serviks
6)      Uji sonde
Sonde dimasukkan secara pelan-pelan dan hati-hati kedalam serviks kanalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola
7)      Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan
8)      USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin
9)      Pemeriksaan laboratorium
Kadar beta HCG lebih tinggi

          d.      Diagnosa Banding
          Kahamilan ganda, hidramnion, dan abortus

         e.       Komplikasi
1)      Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong akan berakibat fatal
2)      Perdarahan yang berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
3)      Infeksi sekunder
4)      Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
5)      Menjadi ganas pada 18-20% kasus

         f.       Penanganan
1)      Terapi
a)      Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki KU dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Tindakan pertama dengan manual digital baru setelah itu evakuasi sisanya dengan kuretase
b)      Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil
(1)   Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam
(2)   Setelah itu pasang infus dekstrose 5% yang berisi 50 satuan oksitosin baru setelah itu evakuasi isi kavum
(3)   Kalau perdarahan banyak berikan transfuse darah dan lakukan tampon uterovaginal selama 24 jam
c)      Bahan jaringan dikirim untuk histopatologik dalam 2 porsi
(1)   Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum
(2)   Porsi 2 : yang dikeluarkan dengan kuretase
d)     Berikan obat-obatan antibiotika, uterotonika, dan perbaiki KU
e)      7 – 10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk pemeriksaan lab
f)       Histerektomi total dilakukan untuk resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih
2)      Periksa ulang
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil. Juga dinasehatkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun.
a)      Setiap minggu pada triwulan pertama
b)      Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
c)      Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
d)     Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap tiga bulan

Selasa, 07 Mei 2013

Evidence Based Jenis Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015” (Saifuddin, 2003).
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB dimuka adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Menurut survey data, peserta KB nasional periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 pengguna. Jika dilihat dari metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah metode suntik sebanyak 2.949.633 (47,94%). Untuk metode pil 1.649.256 (26,81%), implant 527.569 (8,58%), kondom 462.186 (7,51%), IUD 459.117 (7,46%), MOW 87.079 (1,42%) dan paling sedikit adalah metode MOP 17.331 (0,28%).
Melihat data penggunaan KB di Indonesia, salah satu masalah utama yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya penggunaan KB Intra Uterine Device (IUD), sedangkan kecenderungan penggunaan jenis KB sederhana seperti pil dan suntik jumlahnya terus meningkat tajam. Penelitian terhadap kontrasepsi IUD sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, kurangnya dukungan dari para tokoh tentang IUD, yang seharusnya dapat dijadikan sebagai contoh bagi sebagian masyarakat mengenai keberhasilannya, beberapa faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi rendahnya penggunaan KB IUD diantaranya adalah ekonomi yang relatif masih rendah (keterjangkauan harga), pengetahuan mengenai alat kontrasepsi yang kurang, sikap yang tertutup dan kurangnya motivasi dari keluarga serta tenaga kesehatan.
Adanya perkembangan ilmu kedokteran dan kebidanan yang sangat pesat membuat temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah munculnya kontrasepsi Intra Uterine System (IUS) yang merukan pembaharuan dari kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD). IUS mempunyai banyak kelebihan dibanding tembaga IUD. IUS lebih efektif mencegah kehamilan. Siklusnya menjadi lebih ringan, cepat dan tidak terlalu menyakitkan.
Itulah Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997).

B.   Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan ilmu terbaru atau Evidence Based dalam bidang kebidanan khususnya tentang alat kontrasepsi yaitu kontrasepsi Intra Uterine System (IUS).


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan Progestin / Intra Uterine System (IUS)
Jenis AKDR yang engandung hormone steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang mengandung Levonorgestrel.

            1.    Cara Kerja
a)    Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi
b)    Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma
c)    Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii
d)    Menginaktifkan sperma

            2.    Efektifitas
           Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
           penggunaan.

            3.    Keuntungan Kontrasepsi
a)    Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
b)    Tidak mengganggu hubunagn suami istri
c)    Tidak berpengaruh terhadap ASI
d)    Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
e)    Efek sampingnya sangat kecil
f)     Memiliki efek sistemik yang sangat kecil

            4.    Keuntungan Nonkontrasepsi
a)    Mengurangi nyeri haid
b)    Dapat diberikan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hyperplasia endometrium
c)    Mengurangi jumlah darah haid
d)    Sebagai pengobatan alternative pengganti operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis
e)    Merupakan kontrasepsi pilihan utama pada perempuan perimenopause
f)     Tidak mengurangi kerja obat Tuberculosis ataupun obat epilepsi, karena AKDR yang mengandung progestin kerjanya terutama lokal pada endometrium

            5.    Keterbatasan
a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genetalia sebelum pemasangan AKDR
b)    Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
c)  Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan
d)    Pada penggunaan jangka panjang dapat menjadi amenorea
e)    Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus)
f)     Kejadian kehamilan ektopik relative tinggi
g) Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas
h)    Mahal
i)  Progestin sedikit meningkatkan risiko thrombosis sehingga perlu hati-hati pada perempuan perimenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombinasi
j)      Progestin dapat menurunkan kadar HDL-Kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular
k)    Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara
l)      Progesti dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia
m)  Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus

            6.    Yang Boleh Menggunakan AKDR dengan Progestin
a)    Usia reproduksi
b)    Telah memiliki anak maupun belum
c)    Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan
d)    Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
e)    Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
f)     Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
g)    Sering lupa menggunakan pil
h)    Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian estrogen
i)      Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit menular seksual

            7.    Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR dengan Progestin
a)    Hamil atau diduga hamil
b)    Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c)    Menderita vaginitis, salphingitis, endometritis
d)    Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septic
e)    Kelainan congenital rahim
f)     Miom submukosum
g)    Rahimyang sulit digerakkan
h)    Riwayat kehamilan ektopik
i)      Penyakit trofoblas ganas
j)      Terbukti menderita penyakit tuberkulosis panggul
k)    Kanker genitalia/payudara
l)      Sering ganti pasangan
m)  Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin

            8.    Waktu AKDR dengan Progestin Dipasang
a)    Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak hamil
b)    Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertaa pascapersalinan, 6-8 minggu, ataupun lebih sesudah melahirkan
c)    Segera sesudah induksi haid, pascakeguguran spontan, atau keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti adanya infeksi.

            9.    Keadaan Yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan
Anjuran
Nyeri haid hebat
Dapat disebabkan oleh AKDR, klien perlu dirujuk. Umumnya terjadi pada permulaan pemakaian. Pada dasarnya progestin mengurangi nyeri haid.
Riwayat Kehamilan ektopik
Jelaskan kepada klien tanda-tanda kehamilan ektopik dan bila ada segera mencari pertolongan dirumah sakit.
Gejala penyakit katup jantung
Berikan antibiotic saat insersi AKDR. Bila anemia (Hb <9 gr/dl), ganti dengan metode kontrasepsi lain.
Menderita nyeri kepala atau migrain
Paling sering ditemukan pada AKDR yang menandung progestin. Bila sakitnya berat, rujuk klien dan cabut AKDR. Pada keluhan ringan cukup berikan analgetik (jangan diberikan aspirin).
Penyakit hati aktif (virus hepatitis)
Sebaiknya jangan berikan AKDR yang mengandung progestin.
Penyakit jantung
Sebaiknya jangan diberi AKDR yang mengandung progestin, karena progestin mempengaruhi lipid dan vasokonstriksi.
Stroke/Riwayat stroke
Sebaiknya jangan menggunakan AKDR yang mengandung progestin.
Tumor jinak maupun ganas pada hati
Progestin dapat memicu pertumbuhan tumor, sebaiknya jangan diberi AKDR dengan progestin.

          10.  Instruksi kepada Klien
          Dalam keadaan normal klien kembali untuk kontrol rutin sesudah menstruasi pertama kali
          pascapemasangan (4-6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan sesudah
          pemasangan AKDR.
          Cek benang AKDR dan jika terjadi salah satu keadaan berikut ini, klien harus kembali ke
          klinik. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)    Timbul kram di perut bagian bawah
b)    Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan senggama
c)    Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
d)    AKDR perlu diangkat setelah satu tahun ataupun lebih awal apabila dikehendaki
e)    Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau keluar cairan yang berlebihan dari kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak
f)     Muncul keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah

           11.  Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a)    AKDR yang digunakan tersebut segera efektif
b)    Pada bulan pertama pemakaian dapat terjadi ekspulsi AKDR
c)    Pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi amenorea
d)    AKDR dapat saja dicabut setiap saat sesuai dengan keinginan klien
e)    AKDR tidak dapat melindungi klien terhadap penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS.

           12.  Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik
Normalnya klien harus kembali untuk kontrol pertama sesudah dating haid pertama setelah AKDR dipasang (4-6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3 bulan. Ditanyakn maslah-masalah yang muncul selama pemakaian AKDR.

           13.  Peringatan Khusus untuk Pemakai AKDR dengan Progestin
a)    Tidak datang haid disertai dengan mual dan nyeri payudara perlu dicurigai terjadinya kehamilan
b)    Nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
c)    Kram/nyeri perut bagian bawah, terutama bila disertai dengan tidak enak badan, demam/menggigil perlu dicurigai kemungkinan terjadi infeksi paggul
d)    AKDR jenis ini tidak dapat melindungi diri dari penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS.

           14.  Penanganan Efek Samping / Masalah yang Sering Dijumpai
Efek samping/Masalah
Penanganan
Amenorea
Pastikan hamil atau tidak. Bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut, cukup konseling saja. Salah satu efek samping menggunakan AKDR yang mengandung hormone adalah amenorea (20-50%). Jika klien tetap saja menganggap amenorea yang terjadi sebagai masalah, maka rujuk klien. Jika terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR. Nasihatkan agar kembali ke klinik jika terjadi perdarahan, kram, caira berbau, atau demam. Jangan mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilannya > 13 minggu. Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannyatanpa mencabut AKDR nya, jelaskan kepadanya tentang peningkatan resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi ketat.
Kram
Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup diberi analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat ditemukan dan menderita kram berat, cabut AKDR, kemudian ganti dengan AKDR baru atau cari metode kontrasepsi lain.
Perdarahan yang tidak teratur dan banyak
Sering ditemukan terutama pada 3-6 ulan pertama. Singkirkan infeksi panggul atau kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari saja, atau boleh juga diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari. Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia, cabut AKDR dan bantu klien memilih metode kontrasepsi lain.
Benang hilang
Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat, tidak ada tindahkan yang perlu dilkukan. Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim dank lien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali AKDR sewaktu datang haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan “amenorea”.
Cairan vulva/dugaan penyakit radang panggul
Jika penyebabnya kuman gonokokus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai. Penyakit radang panggul yang lain cukup diobati dan AKDR tidak perlu dicabut. Bila klien dengan penyakit radang panggul dan tidak ingin memakai AKDR lagi, beri antibiotika selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih metode kotrasepsi lain.


BAB III
TINJAUAN KASUS
  
A.   Kasus Adanya Jenis Kontrasepsi Intra Uterine System (IUS)
Adanya perkembangan ilmu kedokteran dan kebidanan yang sangat pesat membuat temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah munculnya kontrasepsi Intra Uterine System (IUS) yang merukan pembaharuan dari kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD).

Contoh Gambar IUS / Mirena

Pada kontrasepsi IUD terdapat lilitan tembaga yang fungsinya untuk mencegah bertemunya sel sperma dengan sel telur. Namun, tembaga pada IUD ini dapat meningkatkan darah menstruasi dan kram menstruasi pada penggunanya. Sedangkan IUS mempunyai banyak kelebihan dibanding tembaga IUD. IUS lebih efektif mencegah kehamilan. Siklusnya menjadi lebih ringan, cepat, dan tidak terlalu menyakitkan. Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial, mengingat hormon dilepaskan dari sistem tersebut. Tambahan mekanisme yakni tebalnya lendir serviks yang mengurangi timbulnya infeksi pelviks.


BAB IV
PEMBAHASAN

A.   Evidence Based Jenis Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau yang lebih sering disebut dengan Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang disimpan dalam rahim yang berfungsi untuk menghalangi pertemuan sel sperma dan sel telur sehingga dapat mencegah kehamilan pada wanita. IUD ini merupakan kontrasepsi jangka panjang sehingga dapat bertahan untuk waktu yang sangat lama yaitu 8-10 tahun.
Di Indonesia IUD cukup populer sebagai alat kontrasepsi yang aman dan bisa dipakai untuk jangka waktu yang cukup lama. Alat kontrasepsi ini merupakan alat kontrasepsi non hormonal. Namun selain IUD non hormonal, dewasa ini telah ada IUD yang mengandung hormon yang disebut IUS (Intra Uterine System). IUS ini lebih dikenal dengan merk dagang MIRENA. IUS (Intra Uterine System) ini berupa rangka plastik berbentuk T dengan ukuran 32 x 32 mm yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon yang mengandung Levonorgestrel 52 mg. Mirena melepaskan hormon Levonorgestrel sebanyak 20 microgram/ hari.


                           Contoh gambar IUS (Intra Uterine System)

Bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan tembaga dan dapat efektif selama 8-10 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina.
IUS merupakan modifikasi atau pembaharuan dari kontrasepsi IUD,oleh karena itu IUS mempunyai banyak kelebihan dibanding tembaga IUD. Beberapa keunggulan IUS dibandingkan dengan IUD antara lain IUS lebih efektif mencegah kehamilan. Siklusnya menjadi lebih ringan, cepat, dan mengurangi nyari atau tidak terlalu menyakitkan.  Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial, mengingat hormon dilepaskan dari sistem tersebut. Tambahan mekanisme yakni tebalnya lendir serviks yang mengurangi timbulnya infeksi pelviks.


BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Evidence Based artinya berdasarkan bukti, tidak ladi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti, tetapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Evidence Based Midwifery (EBM) sangatlah penting dalam dunia kebidanan,salah satunya dalam bidang kontrasepsi atau KB. Salah satu temuan baru dalam bidang kontrasepsi adalah dengan adanya modifikasi dari kontrasepsi IUD yaitu Intra Uterine System (IUS). IUS ini merupakan IUD hormonal yang mempunyai beberapa keunggulan dari IUD non hormonal yaitu siklusnya menjadi lebih ringan, cepat, dan mengurangi nyari atau tidak terlalu menyakitkan.  Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial, mengingat hormon dilepaskan dari sistem tersebut. Tambahan mekanisme yakni tebalnya lendir serviks yang mengurangi timbulnya infeksi pelviks. Selain itu tidak mengganggu kesuburan. Dengan adanya Evidence Based ini diharapkan mampu memberikan solusi dari masalah yang ada terutama dalam bidan kontrasepsi IUD.

B.   Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan terlatih yang menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat hendaknya mampu untuk menyampaikan informasi-informasi terbaru dalam dunia kebidanan terutama tentang kontrasepsi dimana tujuannya adalah agar efek samping kontrasepsi lama mampu diminimalkan dan agar masyarakat mengetahui tentang berbagai perkembangan kontrasepsi dalam dunia kebidanan.