BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evidence based
artinya berdasarkan bukti,
tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus
berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah
terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Paradigma
baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan
NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”
(Saifuddin, 2003).
Secara
umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan
misi program KB dimuka adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksanaan program KB Nasional yang kuat di masa mendatang,
sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.
Berdasarkan
visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional mempunyai
kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi
tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan
keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan
penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasar
perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Menurut
survey data, peserta KB nasional periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231
pengguna. Jika dilihat dari metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan
adalah metode suntik sebanyak 2.949.633 (47,94%). Untuk metode pil 1.649.256
(26,81%), implant 527.569 (8,58%), kondom 462.186 (7,51%), IUD 459.117 (7,46%),
MOW 87.079 (1,42%) dan paling sedikit adalah metode MOP 17.331 (0,28%).
Melihat data penggunaan KB di Indonesia, salah satu masalah utama yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya penggunaan KB Intra Uterine Device (IUD), sedangkan kecenderungan penggunaan jenis KB sederhana seperti pil dan suntik jumlahnya terus meningkat tajam. Penelitian terhadap kontrasepsi IUD sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, kurangnya dukungan dari para tokoh tentang IUD, yang seharusnya dapat dijadikan sebagai contoh bagi sebagian masyarakat mengenai keberhasilannya, beberapa faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi rendahnya penggunaan KB IUD diantaranya adalah ekonomi yang relatif masih rendah (keterjangkauan harga), pengetahuan mengenai alat kontrasepsi yang kurang, sikap yang tertutup dan kurangnya motivasi dari keluarga serta tenaga kesehatan.
Adanya perkembangan ilmu kedokteran
dan kebidanan yang sangat pesat membuat temuan dan hipotesis yang diajukan pada
waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera
menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan
sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian
hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah
munculnya kontrasepsi Intra Uterine
System (IUS) yang merukan pembaharuan dari kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD). IUS mempunyai banyak kelebihan dibanding tembaga IUD. IUS lebih efektif mencegah kehamilan. Siklusnya menjadi lebih ringan, cepat dan tidak terlalu menyakitkan.
Itulah Evidence Based Midwifery atau
yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada
secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan
dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997).
B. Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan ilmu
terbaru atau Evidence Based dalam bidang kebidanan khususnya tentang alat
kontrasepsi yaitu kontrasepsi Intra
Uterine System (IUS).
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
dengan Progestin / Intra Uterine System (IUS)
Jenis AKDR yang engandung hormone
steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang
mengandung Levonorgestrel.
1.
Cara
Kerja
a)
Endometrium mengalami transformasi
yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi
b)
Mencegah terjadinya pembuahan dengan
mengeblok bersatunya ovum dengan sperma
c)
Mengurangi jumlah sperma yang
mencapai tuba falopii
d)
Menginaktifkan sperma
2.
Efektifitas
Sangat efektif,
yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
penggunaan.
3.
Keuntungan
Kontrasepsi
a)
Efektif dengan proteksi jangka
panjang (satu tahun)
b)
Tidak mengganggu hubunagn suami
istri
c)
Tidak berpengaruh terhadap ASI
d)
Kesuburan segera kembali sesudah
AKDR diangkat
e)
Efek sampingnya sangat kecil
f)
Memiliki efek sistemik yang sangat
kecil
4.
Keuntungan
Nonkontrasepsi
a)
Mengurangi nyeri haid
b)
Dapat diberikan pada usia
perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hyperplasia
endometrium
c)
Mengurangi jumlah darah haid
d)
Sebagai pengobatan alternative
pengganti operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis
e)
Merupakan kontrasepsi pilihan utama
pada perempuan perimenopause
f)
Tidak mengurangi kerja obat
Tuberculosis ataupun obat epilepsi, karena AKDR yang mengandung progestin
kerjanya terutama lokal pada endometrium
5.
Keterbatasan
a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan
penyaringan infeksi genetalia sebelum pemasangan AKDR
b)
Diperlukan tenaga terlatih untuk
pemasangan dan pencabutan AKDR
c) Klien tidak dapat menghentikan
sendiri setiap saat, sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan
d)
Pada penggunaan jangka panjang dapat
menjadi amenorea
e)
Dapat terjadi perforasi uterus pada
saat insersi (< 1/1000 kasus)
f)
Kejadian kehamilan ektopik relative
tinggi
g) Bertambahnya risiko mendapat
penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas
h)
Mahal
i) Progestin sedikit meningkatkan
risiko thrombosis sehingga perlu hati-hati pada perempuan perimenopause. Risiko
ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombinasi
j)
Progestin dapat menurunkan kadar
HDL-Kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-hati pada
perempuan dengan penyakit kardiovaskular
k)
Memperburuk perjalanan penyakit
kanker payudara
l)
Progesti dapat mempengaruhi
jenis-jenis tertentu hiperlipidemia
m) Progestin
dapat memicu pertumbuhan miom uterus
6.
Yang
Boleh Menggunakan AKDR dengan Progestin
a)
Usia reproduksi
b)
Telah memiliki anak maupun belum
c)
Menginginkan kontrasepsi yang
efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan
d)
Sedang menyusui dan ingin memakai
kontrasepsi
e)
Pascakeguguran dan tidak ditemukan
tanda-tanda radang panggul
f)
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal kombinasi
g)
Sering lupa menggunakan pil
h)
Usia perimenopause dan dapat
digunakan bersamaan dengan pemberian estrogen
i)
Mempunyai risiko rendah mendapat
penyakit menular seksual
7.
Yang
Tidak Boleh Menggunakan AKDR dengan Progestin
a)
Hamil atau diduga hamil
b)
Perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya
c)
Menderita vaginitis, salphingitis,
endometritis
d)
Menderita penyakit radang panggul
atau pascakeguguran septic
e)
Kelainan congenital rahim
f)
Miom submukosum
g)
Rahimyang sulit digerakkan
h)
Riwayat kehamilan ektopik
i)
Penyakit trofoblas ganas
j)
Terbukti menderita penyakit
tuberkulosis panggul
k)
Kanker genitalia/payudara
l)
Sering ganti pasangan
m) Gangguan
toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula dan
kadar insulin
8.
Waktu
AKDR dengan Progestin Dipasang
a)
Setiap waktu selama siklus haid,
jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak hamil
b)
Sesudah melahirkan, dalam waktu 48
jam pertaa pascapersalinan, 6-8 minggu, ataupun lebih sesudah melahirkan
c)
Segera sesudah induksi haid,
pascakeguguran spontan, atau keguguran buatan, dengan syarat tidak terdapat
bukti-bukti adanya infeksi.
9.
Keadaan
Yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan
|
Anjuran
|
Nyeri
haid hebat
|
Dapat
disebabkan oleh AKDR, klien perlu dirujuk. Umumnya terjadi pada permulaan
pemakaian. Pada dasarnya progestin mengurangi nyeri haid.
|
Riwayat
Kehamilan ektopik
|
Jelaskan
kepada klien tanda-tanda kehamilan ektopik dan bila ada segera mencari
pertolongan dirumah sakit.
|
Gejala
penyakit katup jantung
|
Berikan
antibiotic saat insersi AKDR. Bila anemia (Hb <9 gr/dl), ganti dengan
metode kontrasepsi lain.
|
Menderita
nyeri kepala atau migrain
|
Paling
sering ditemukan pada AKDR yang menandung progestin. Bila sakitnya berat,
rujuk klien dan cabut AKDR. Pada keluhan ringan cukup berikan analgetik
(jangan diberikan aspirin).
|
Penyakit
hati aktif (virus hepatitis)
|
Sebaiknya
jangan berikan AKDR yang mengandung progestin.
|
Penyakit
jantung
|
Sebaiknya
jangan diberi AKDR yang mengandung progestin, karena progestin mempengaruhi
lipid dan vasokonstriksi.
|
Stroke/Riwayat
stroke
|
Sebaiknya
jangan menggunakan AKDR yang mengandung progestin.
|
Tumor
jinak maupun ganas pada hati
|
Progestin
dapat memicu pertumbuhan tumor, sebaiknya jangan diberi AKDR dengan
progestin.
|
10.
Instruksi
kepada Klien
Dalam
keadaan normal klien kembali untuk kontrol rutin sesudah menstruasi pertama
kali
pascapemasangan (4-6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan sesudah
pemasangan AKDR.
Cek
benang AKDR dan jika terjadi salah satu keadaan berikut ini, klien harus kembali
ke
klinik. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)
Timbul kram di perut bagian bawah
b)
Adanya perdarahan bercak antara haid
atau sesudah melakukan senggama
c)
Nyeri sesudah melakukan senggama
atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
d)
AKDR perlu diangkat setelah satu
tahun ataupun lebih awal apabila dikehendaki
e)
Bila terjadi ekspulsi AKDR, atau
keluar cairan yang berlebihan dari kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak
f)
Muncul keluhan sakit kepala atau
sakit kepala makin parah
11.
Informasi
Lain yang Perlu Disampaikan
a)
AKDR yang digunakan tersebut segera
efektif
b)
Pada bulan pertama pemakaian dapat
terjadi ekspulsi AKDR
c)
Pada pemakaian jangka panjang dapat
terjadi amenorea
d)
AKDR dapat saja dicabut setiap saat
sesuai dengan keinginan klien
e)
AKDR tidak dapat melindungi klien
terhadap penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS.
12.
Jadwal
Kunjungan Kembali ke Klinik
Normalnya
klien harus kembali untuk kontrol pertama sesudah dating haid pertama setelah
AKDR dipasang (4-6 minggu), tetapi jangan lebih dari 3 bulan. Ditanyakn
maslah-masalah yang muncul selama pemakaian AKDR.
13.
Peringatan
Khusus untuk Pemakai AKDR dengan Progestin
a)
Tidak datang haid disertai dengan
mual dan nyeri payudara perlu dicurigai terjadinya kehamilan
b)
Nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai
kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
c)
Kram/nyeri perut bagian bawah,
terutama bila disertai dengan tidak enak badan, demam/menggigil perlu dicurigai
kemungkinan terjadi infeksi paggul
d)
AKDR jenis ini tidak dapat
melindungi diri dari penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS.
14.
Penanganan
Efek Samping / Masalah yang Sering Dijumpai
Efek samping/Masalah
|
Penanganan
|
Amenorea
|
Pastikan
hamil atau tidak. Bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut, cukup
konseling saja. Salah satu efek samping menggunakan AKDR yang mengandung
hormone adalah amenorea (20-50%). Jika klien tetap saja menganggap amenorea
yang terjadi sebagai masalah, maka rujuk klien. Jika terjadi kehamilan kurang
dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR. Nasihatkan agar kembali
ke klinik jika terjadi perdarahan, kram, caira berbau, atau demam. Jangan
mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilannya > 13 minggu.
Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannyatanpa mencabut AKDR nya,
jelaskan kepadanya tentang peningkatan resiko keguguran, kehamilan preterm,
infeksi, dan kehamilannya harus diawasi ketat.
|
Kram
|
Pikirkan
kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan yang sesuai. Jika kramnya
tidak parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup diberi analgetik saja.
Jika penyebabnya tidak dapat ditemukan dan menderita kram berat, cabut AKDR,
kemudian ganti dengan AKDR baru atau cari metode kontrasepsi lain.
|
Perdarahan
yang tidak teratur dan banyak
|
Sering
ditemukan terutama pada 3-6 ulan pertama. Singkirkan infeksi panggul atau
kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak ditemukan
kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi ibuprofen 3 x
800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus saja. Bila
perdarahan banyak beri 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari saja, atau boleh
juga diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari. Bila
perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia, cabut AKDR dan bantu klien
memilih metode kontrasepsi lain.
|
Benang
hilang
|
Periksa
apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat, tidak ada
tindahkan yang perlu dilkukan. Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam
rahim dank lien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan
rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali AKDR sewaktu datang haid.
Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan
“amenorea”.
|
Cairan
vulva/dugaan penyakit radang panggul
|
Jika
penyebabnya kuman gonokokus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan
yang sesuai. Penyakit radang panggul yang lain cukup diobati dan AKDR tidak
perlu dicabut. Bila klien dengan penyakit radang panggul dan tidak ingin
memakai AKDR lagi, beri antibiotika selama 2 hari dan baru kemudian AKDR
dicabut dan bantu klien untuk memilih metode kotrasepsi lain.
|
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A. Kasus Adanya Jenis Kontrasepsi Intra
Uterine System (IUS)
Adanya perkembangan ilmu kedokteran dan kebidanan yang
sangat pesat membuat temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu
secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori
yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih
sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah munculnya kontrasepsi Intra Uterine System (IUS) yang merukan
pembaharuan dari kontrasepsi Intra
Uterine Device (IUD).
Contoh Gambar IUS / Mirena
Pada kontrasepsi IUD terdapat lilitan tembaga yang fungsinya
untuk mencegah bertemunya sel sperma dengan sel telur. Namun, tembaga pada IUD ini dapat
meningkatkan darah menstruasi dan kram menstruasi pada penggunanya. Sedangkan IUS
mempunyai banyak kelebihan dibanding tembaga IUD. IUS lebih efektif mencegah
kehamilan. Siklusnya menjadi lebih ringan, cepat, dan tidak terlalu
menyakitkan. Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial, mengingat hormon dilepaskan
dari sistem tersebut. Tambahan mekanisme yakni tebalnya lendir serviks yang
mengurangi timbulnya infeksi pelviks.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. Evidence Based Jenis Kontrasepsi
Intra Uterine Device (IUD)
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti
mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan
antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu
cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur dengan sperma.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau yang lebih sering
disebut dengan Intra Uterine Device
(IUD) merupakan alat kontrasepsi yang disimpan dalam rahim yang berfungsi untuk
menghalangi pertemuan sel sperma dan sel telur sehingga dapat mencegah kehamilan
pada wanita. IUD ini merupakan kontrasepsi jangka panjang sehingga dapat
bertahan untuk waktu yang sangat lama yaitu 8-10 tahun.
Di Indonesia IUD cukup populer sebagai alat kontrasepsi yang
aman dan bisa dipakai untuk jangka waktu yang cukup lama. Alat kontrasepsi ini
merupakan alat kontrasepsi non hormonal. Namun selain IUD non hormonal, dewasa
ini telah ada IUD yang mengandung hormon yang disebut IUS (Intra Uterine System). IUS ini lebih dikenal dengan merk dagang
MIRENA. IUS
(Intra Uterine System) ini berupa rangka plastik berbentuk T dengan
ukuran 32 x 32 mm yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon yang mengandung
Levonorgestrel 52 mg. Mirena melepaskan hormon Levonorgestrel sebanyak 20
microgram/ hari.
Contoh
gambar IUS (Intra Uterine System)
Bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan tembaga dan dapat
efektif selama 8-10 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi didapat melalui
pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS
mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut
dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina.
IUS merupakan modifikasi atau pembaharuan dari kontrasepsi IUD,oleh
karena itu IUS mempunyai banyak kelebihan dibanding tembaga IUD. Beberapa
keunggulan IUS dibandingkan dengan IUD antara lain IUS lebih efektif mencegah kehamilan.
Siklusnya menjadi lebih ringan, cepat, dan mengurangi nyari atau tidak terlalu
menyakitkan. Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial, mengingat
hormon dilepaskan dari sistem tersebut. Tambahan mekanisme yakni tebalnya
lendir serviks yang mengurangi timbulnya infeksi pelviks.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evidence Based artinya berdasarkan bukti, tidak ladi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan
bukti inipun tidak sekedar bukti, tetapi bukti ilmiah terkini yang bisa
dipertanggungjawabkan. Evidence Based Midwifery (EBM) sangatlah penting dalam
dunia kebidanan,salah satunya dalam bidang kontrasepsi atau KB. Salah satu
temuan baru dalam bidang kontrasepsi adalah dengan adanya modifikasi dari
kontrasepsi IUD yaitu Intra Uterine
System (IUS). IUS ini merupakan IUD hormonal yang mempunyai beberapa
keunggulan dari IUD non hormonal yaitu siklusnya menjadi lebih ringan, cepat, dan mengurangi nyari
atau tidak terlalu menyakitkan. Cara kerja IUS hanya pada jalur endometrial,
mengingat hormon dilepaskan dari sistem tersebut. Tambahan mekanisme yakni
tebalnya lendir serviks yang mengurangi timbulnya infeksi pelviks. Selain itu
tidak mengganggu kesuburan. Dengan adanya Evidence Based ini diharapkan mampu
memberikan solusi dari masalah yang ada terutama dalam bidan kontrasepsi IUD.
B. Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan terlatih yang menjadi ujung
tombak kesehatan masyarakat hendaknya mampu untuk menyampaikan
informasi-informasi terbaru dalam dunia kebidanan terutama tentang kontrasepsi
dimana tujuannya adalah agar efek samping kontrasepsi lama mampu diminimalkan
dan agar masyarakat mengetahui tentang berbagai perkembangan kontrasepsi dalam
dunia kebidanan.